perbandingan antara filsafat, sains, dan agama & analisis perkembangan pemikiran filsafat

Sebelum membahas mengenai perbandingannya, maka sebaiknya bila terlebih dahulu membahas masalah pengertian-pengertiannya karena dengan hal semacam itu akan sedikit banyak membantu untuk menjawab pertanyaan di atas.
Filsafat Secara Etimologi (Bahasa) berasal dari bahasa Yunani yaitu ”philosophia”, Philo berarti cinta, dan sophia berarti Kebijakan (Wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kebijakan. Sementara secara terminologi dapat dilihat di bawah ini:
• Plato (427SM-348SM), filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencari kebenaran yang asli (hakiki).
• Aristoteles (382 SM-322SM), filsafat adalah pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
• Rene Descartes (1590-1650M) filsafat adalah kumpulan pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
• Immanuel Kant (1724-1804M), filsafat adalah pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan, apakah yang dapat kita ketahui (masalah metafisika), apakah yang seharusnya kita ketahui (persoalan etika), sampai di mana harapan kita (persoalan agama), apakah yang dinamakan manusia (persoalan antropologi).
• Harun Nasution, filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas dan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
Obyek Filsafat itu ada dua, yaitu obyek materi dan obyek formal yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Obyek materi atau material filsafat adalah segala sesuatu yang dipermasalahkan oleh filsafat atau segala sesuatu yang ada dan mungkin ada.
• Sedang obyek formal filsafat ialah penyelidikan yang mendalam. Artinya ingin tahunya filsafat adalah bagian dalamnya (hakikatnya) yang tidak empiris tetapi yang abstrak dan logis. Bisa dikatakan juga bahwa obyek formalnya itu bersifat non-fragmentaris karena filsafat mencari pengertian realitas secara luas dan mendalam.

Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata 'science' yang secara etimologis berasal dari kata latin 'scienre', artinya 'to know'. Dalam pengertian yang sempit scrience diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif. Beberapa definisi secara terminologi mengenai science dapat dilihat di bawah ini:
• Horld H. Titus, ilmu yang diartikan sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakatan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi, teliti, dan kritis.
• Baiquni, Science merupakan general konsensus dari masyarakat yang terdiri dari scientist.
Obyek ilmu pengetahuan itu sama halnya dengan filsafat, ada dua, yaitu obyek matetial dan formal yang dapat dijelaskan sebagai berikut;
• Obyek material ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, baik manusia maupun alam itu sendiri.
• Sementara Obyek Formal ilmu pengetahuan adalah mengobservasi dengan logis dan dapat dibuktikan dengan bukti empiris.

Setelah memaparkan tentang bagaimana arti dan obyek fisafat dan ilmu pengetahuan, maka pada kelajutan di bawah akan diterangkan mengenai pengertian agama:
Sebenarnya tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena agama bersifat batiniyyah, subyektif, dan individualistis. Jika kita membicarakan masalah agama maka akan dipengeruhi oleh pandangan pribadi, dan juga dari pandangan agama yang kita anut. Namun agama bertitik tolak dari adanya sesuatu kepercayaan terhadap sesuatu yang supralogis, lebih berkuasa, lebih agung, lebih mulia daripada makhluk. Agama berhubungan dengan masalah ketuhanan dan apa saja yang ada dalam konsep pedoman hidup.
Mengenai obyek agama, tidak jauh berbeda dengan kedua konsep obyek di atas, baik filsafat maupun ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, obyek agama itu ada dua, yaitu dapat dipadatkan menjadi obyek abstrak dan supralogis.
Untuk lebih mudanya untuk menggolongkan ketiga hal yang telah dibahas, di bawah ini akan dibuatkan tabel perbandingannya:
Filsafat Obyek Paradigma Metode Ukuran
Abstrak dan Logis Logis Rasio Logis
Sains Empiris dan logis Positivistis Sains Logis dan bukti empiris
Agama Abstrak dan supralogis Mistis Latihan Mistik Rasa yakin, kadang-kadang empiris
Keterangan:
Di sini banyak sekali keterangan di atas yang belum ada mengenai bagaimana ukuran, metode, dan paradigma. Hal ini memang disengaja karena menurut penulis untuk penjelasan mnegenai perbandingan antara filsafat, sains/ilmu pengetahuan, dan agama dicukupkan pada esensinya, yaitu pengertian dari ketiga hal tersebut serta obyek dari ketiga hal yang dipertanyakan sehingga agar dapat dipahami lebih mudah.


Proses perkembangan pemikiran filsafat dapat dipetakan dalam beberapa periodesasi yang setiap periode mempunyai ciri khas masing-masing dalam berfilsafat yang akan dijelaskan di bawah ini:
1. Filsafat Yunani Kuno;
Pertama, pada periode pertama ini adalah tahap kelahiran filsafat yang didominasi oleh filsafat tentang alam. Adapun tokoh-tokoh dalam masa kelahiran filsafat ini sangat banyak sehingga yang dapat disebutkan disini hanya beberapa saja, seperti: Thales, seorang filosof alam pertama(625-545 SM) yang menyatakan bahwa "air adalah bahan dasar alam semesta". Heraklitos (540-480 SM), filsafatnya yang terkenal adalah mengenai Dinamisme yang dimaksudkan adalah segala yang ada di alam semesta ini berubah, dengan kata lain ia lebih menekankan pada proses.
Kedua, tahap kedua ini adalah kelanjutan dari tahap yang pertama, yang merupakan kelahiran filsafat, yang memfokuskan tentang penyelidikan kepada manusia. Hal ini terjadi karena pada saat periode pertama filsafat alam tidak dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang memuaskan sehingga timbullah sikap dari kaum 'sofis' dan protes terhadapnya. Seperti halnya para tokoh-tokoh pada periode pertama, para tokoh-tokohnya di periode kedua ini juga sangat banyak sehingga yang disebutkan hanya beberapa, seperti: Protagoras (481-411) seorang tokoh sofis yang sangat terkenal dengan pernyataannya bahwa 'manusia adalah ukuran kebenaran'. Socrates (470-399 SM), tokoh ini merupakan seorang penentang dari kaum sofis atas kerelatifan segala sesuatu yang diajukan oleh kaum sofis. Metode yang populer yang digunakan oleh Socrates adalah metode dealektika.
Ketiga, pada periode ini merupakan periode zaman keemasan dalam zaman yunani kuno karena pada periode ketiga ini yang ditojolkan adalah kedua aspek yang ada di periode pertama dan kedua atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pada masa ini mencari sintesa antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh-tokoh pada periode ini mungkin hanya dua filosof, yaitu Plato (429-347 SM), yang merupakan seorang penerus dan penyempurna ajaran Socrates. Inti ajarannya pada prinsip pertama, kesusilaan, alam, dan negara. Tokoh kedua adalah Aristoteles (348-322 SM), yang merupakan murid Plato filsuf pertama yang berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar dari filsafat, yang dipersatukannya dalam satu sistem. Dalam hal ini dapat meliputi; Logika, Filsafat alam, Ilmu Jiwa, Metafisika, Etika, dan Politik dan hasil pemikirannya sampai sekarang masih berlaku.
2. Filsafat Abad Pertengahan;
Pada zaman ini dapat dikatakan sebagai zaman perkembangan baru karena pada saat ini, terjadi suatu peralihan yang sangat mendasar, yaitu dari masa rasionalitas penuh menuju pada bersikap religius, kebatinan. Di samping pada masa ini disebut masa religius, pada masa ini juga sering disebut sebagai masa kegelapan. Tokoh-tokoh pada masa ini juga tidak kalah banyaknya dengan tokoh-tokoh filosof alam, sehingga yang akan disebutkan hanya beberapa saja, seperti: Plotinus (205-270), Plotinus juga sering disebut sebagai Neo-platonisme. Ajarannya yang paling populer adalah mengenai emanasi. Anselmus (1033-1109), adalah seorang filsuf yang hampir sama dengan Plotinus karena ia lebih terfokus dengan filsafat religius. Dalam membicarakan filsafat Abad pertengahan ini, St. Anselmus tidak dapat dilewatkan begitu saja karena dari tokoh inilah yang menekuarkan pernyataan credo ut intelligam, yang dianggap merupakan ciri utama filsafat abad Pertengahan.
3. Filsafat Abad Modern;
Setelah benteng abad pertengahan diruntuhkan oleh para filosof modern, maka filsafat itu lepas dari cengkraman agama. Laksana air bah, akal menyapu dan menabrak apa saja yang menghambatnya. Dengan kata lain, pada abad modern ini akal menang dari pada agama seperti yang terjadi pada abad pertengahan sehingga pada abad ini yang lebih mendominasi adalah akal rasio seperti pada saat permulaan kelahiran filsafat. Semenjak renaissance dihidupkan oleh Descartes dalam bidang filsafat, maka rasionalisme Yunani menjadi satu-satunya cara berfilsafat pada zaman Modern.
Sebenarnya, filsafat pada zaman modern ini tidak jauh berbeda dengan filsafat pada zaman Yunani kuno karena para filosof modern mengadopsi dari filsafat Yunani yang sedikit banyak telah dimodifikasi untuk zaman mereka dan pada zaman Modern, filsafat lebih bringas dari pada filsafat zaman Yunani Kuno. Namun perlu diketahui bahwa diantara beberapa filosof yang lebih mengedepankan rasio dan nilai sebuah pengalaman (empirisme), masih ada filosof yang mencoba untuk memadukan antara rasio dan nurani, yang dalam hal ini Immanuel Kant (1724-1804) adalah pelopornya seperti yang dilakukan oleh Socrates pada masa Yunani kuno.
Jadi dapat disimpulkan bahwa peralihan perkembangan pemikiran filsafat mengalami pasang surut yang sangat radikal, dimana pada masa kelahiran filsafat dimulai dengan rasionalitas murni yang membahas mengenai alam makro dan mikro disusul dengan abad pertengahan yang mana rasionalitas murni diabaikan dan beralih pada filsafat religius yang dipengaruhi oleh agama kristen. Setelah pada abad pertengahan dipengaruhi oleh agama kristen sehingga akal dicangkok sedemikian rupa, maka timbullah reaksi radikal dari kalangan zaman modern untuk mengakhiri dominasi agama terhadap filsafat yang dimulai saat gerbang renaissance terbuka, yang pada akhirnya dominasi akal terlahir kembali dengan jebolnya dominasi filsafat abad pertengahan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar